FF [HYUNMIN] – COUNTING STARS BAB. 3 *END*

TITLE : COUNTING START

CAST : KIM HYUN JOONG / ANDREA CHIOZZOTTO, JUNG SO MIN, ROSSELLA MARIA VIVALDI [OC], JI CHANG WOOK

GENRE : COMEDY, ROMANCE, SAD, FAMILY

AUTHOR : Riaa

WARNING!! butiran TYPO menyapa kalian!

 

BAB 3*

“Rasa sakit dan bahagia adalah bagian dari hidup ini. Jangan pernah kau menhindari dari salah satu kenyataan itu!”

….

“Kau memakai jam tangan itu?” Tanya Hyun Joong.

“Eoh. Ini cantik!”

“Kau harus melepaskannya. Itu bukan milikmu!”

“Aku tak mau!”

“Lepaskan!” perintah Hyun Joong. Suara nya memenuhi mobil ini. Sang supir menoleh kekaca melihat sepasang namja-yeoja berwajah eropa. Mereka sudah berada di Seoul, menuju Cheondamdong. Rumah Hyun Joong.

“Kau mencintainya? Wanita pemilik jam tangan ini?”
Baca lebih lanjut

FF – COUNTING STARS BAB. 2

TITLE : CONTING STARS

CAST : KIM HYUN JOONG / ANDREA CHIOZZOTTO , JUNG SO MIN, ROSSELLA MARIA VIVALDI [OC], JI CHANG WOOK

GENRE : COMEDY, ROMANCE, SAD, FAMILY

AUTHOR : Riaa

WARNING!! butiran TYPO menyapa kalian!


Somin menatap tak percaya. Hyun Joong mendekapnya. Memberikan pelukan hangatnya. Jantungnya berdetuk kencang. Tangan Hyun Joong mengelus rambut panjang Somin. “Aku mencintaimu. Setelah aku mencintainya. Bukan setelah aku mencintaimu. Jadi percayalah”

“Jahat! Kau jahat! Melakukan ini” Somin memukul dada bidang Hyun Joong.

“Kau tidak suka aku mencintaimu atau aku memelukmu?” mengangkat wajah Somin dari dada bidangnya. Somin menggeleng sambil berujar : “Aku suka semua yang kau lakukan. Seperti orang bodoh!” semua bertepruk tangan, menanggapi acting pasangan kekasih ini.

“Oke! Perfect!” semuanya pun berkumpul. Tidak ada yang tahu siapa yang menang dalam babak ini. Semuanya hanya berharap dan terus melanjutkan kompetisi terakhir, yaitu KEJUJURAN. Semua pasangan boleh memgatakan apapun tentang hubungannya. Dari sejak kencan/pacaran, perasaannya. Atau harapannya keduanya. Tanpa ada kebohongan.


*BAB 2*

“Tak cukup kau mengenalnya dari luar. Lihatlah lebih dalam dari orang-orang yang tak mengetahuinya”

Somin dan Hyun Joong menyesap moccalatte miliknya. Menatap jendela besar yang memperlihatkan dunia besar itu. babak terakhir akan dimulai 5 menit lagi. Somin dan Hyun Joong memanfaatkan waktunya untuk beristirahat.

Sejak tadi Somin terus gelisah. Apa yang harus diucapkannya? Babak terakhir adalah kompetisi Kejujuran. Apa dia harus membongkar semuanya? Bahwa dirinya adalah seorang touris yang tak sengaja tertinggal pesawat lalu tinggal di rumah Hyun Joong –dengan status yeojachingu bohongan- ??

“Ottokeo, Hyun Joong?” Tanya Somin. dia bingung. Tapi namja dihadapannya ini sama sekali tak menunjukkan muka bingungnya. Apakah dia tak bisa menampilkan ekspresi dirinya?

“Apa?” Tanya balik Hyun Joong.

“Kita!”

“Kenapa?”

Somin.. kau harus sabar. Tahan emosimu. Nafas beratnya keluar. Lalu bertatapan langsung dengan mata itu. “Apa kita harus mengaku saja dengan kompetisi ini?”

“Mengapa?” Tanya Hyun Joong lagi. Sepertinya Hyun Joong benar-benar mempermainkan kata-katanya untuk yeoja ini. Wajahnya ingin tertawa melihat Somin frustasi dengan jawaban yang Hyun Joong berikan.

Somin menenggelamkan wajahnya dikedua tangannya yang melipat di meja. Namja bodoh! Apa ia harus mengatakannya? Kompetisi kejujuran. Apa ia sudah lupa apa yang dikatakan pembawa acara tadi?

Baca lebih lanjut

FF [HYUNMIN] – COUNTING STARs

TITLE : CONTING START

CAST : KIM HYUN JOONG / ANDREA CHIOZZOTTO , JUNG SO MIN, ROSSELLA MARIA VIVALDI [OC]

GENRE : COMEDY, ROMANCE, SAD, FAMILY

AUTHOR : Riaa

A/N : Annyeong! Meet with ria again 😀 😀 kangen sama ff HyunMin :* cuman laptop error terus *elus dada* okey.. karna White Lies lgi digarap (apa ini?) karna perubahan alur cerita, jadi ria keluarin ff oneshoot dulu dengan dua bab. FF ini terinspirasi dari judul lagu Band luar negeri (ONEREPUBLIC) dengan judul yang sama dengan ff ini. This story is Mine~

Seangil Chukkae Hamnida for uri Oppa ❤ kebahagian adalah bagian dari hidupmu. kami menyayangimu. Nan Noumu saranghae Oppa. oke ini ff bakal dibikin ff spesial ultah Oppa 😉

WARNING FOR TYPO!! Kehadirannya adalah warna di ff ini -.-

“Out of the millions of possibilities our love, you get the chance it” –HyunMin—

Kriing… kriinggg…

Yeoja cantik yang tengah terlelap ini mengerjapkan mata nya dengan malas. Sinar matahari telah masuk menyinari wajah cantiknya. Gadis ini masih enggan untuk bangun dari tempat tidurnya. Bunyi alarm di Handphone nya mengusik pendengarannya. Hingga ia terpaksa membangunkan badannya.

Huaa.. ia merenggangkan tangannya. Berusaha bangun dari kasurnya. Lalu mengambil Handphone meja kecil disamping tempat tidurnya.

“Sial!!” umpatnya, matanya membesar saat melirik handphone nya. Jam 10:00 ?? apa dirinya gila?? Ia menaruh lagi Handphone nya di meja kecil itu. Lalu berlari kearah kamar mandi.

Brukk..

Pintu kamar mandi terbuka. Tak butuh waktu lama. Ia hanya mencuci mukanya saja. Lalu mengganti bajunya.

Ia tengah berlari tanpa memakai make up nya. Segera memakai sepatu setengah berlari kearah pintu keluar kamar. Mengunci nya. Lalu tengah berlari kearah lift. Ditekannya tombol itu. menunggu lift itu terbuka.

Tangannya melipat di dada. Jari telunjuknya mengetuk-ketuk jam yang ada di lengannya. Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Dan berlari lagi kearah kamar tadi.

“Sial Somin! Kau melupakan kopermu!” Yeoja bernama Somin ini kembali lagi ke kamar itu. Mengambil kopernya yang ia lupakan. Setelah itu ia kembali lagi untuk turun dari bangunan ini.

Matanya terus melirik kearah lift. Kenapa lift ini berjalan begitu lamban. Dia sudah terlambat. Somin menghampiri recepsionis. “Room 301 Ceck Out!”

Oh! Tentu saja, ia segera berlari kearah luar hotel. Hotel? Tentu saja. Somin baru saja menyelesaikan liburannya di Venesia. Negeri dengan keindahan yang tak tertandingi. Somin terus berdecak kesal. Kenapa ia tidak bangun saja sedari tadi, sejak 2 jam lalu Handphone nya berbunyi.

“Tidak mungkin menggunakan Bus. Dan lagi membutuhkan waktu lama menuju Airport.” Begitu sialnya dia saat ini.

“Akh! Taxi bandara!” Somin menghentikan taxi itu. Beruntungnya taxi ini melewatinya. Somin menaikkan kopernya.

Hening sejenak. Somin menatap supir taxi ini. Dia terlihat masih muda dan tampan. Tapi kenapa harus bekerja sebagai supir?? Oh! Ayolah Somin jangan memikirkan hal lain dulu.

“I haven’t time. Well, can you drive this car?” Somin menampilkan wajah memintanya, karna sang supir tidak menjalankan taxinya. Terus menatap Somin dari kaca depan. Hanya berharap sang supir mengerti bahasanya. Somin tak mengerti bahasa Italia.

Taxi itu akhirnya melaju, hingga sampai dibandara. Somin segera meleset kearah tempat cek in. namun telat! Pesawatnya sudah take off 25 menit yang lalu. Sial! Sial! Sial! Begitu buruknya hari ini untuk dia.

Seorang petugas menghampiri Somin. Menanyakan kegelisahan Somin. Setelah menjelaskan keterlambatan Somin, petugas ini membawanya kearah Counter. Memberikan negosiasi kepada Somin.

***

Somin melangkah meningglkan bandara dengan wajah tekuknya. Kenapa hari ini begitu sial? Ia kehilangan dompet dan Handphone-nya. Baru saja ia ditawarkan keberangkatan 5 hari mendatang menuju Seoul. Namun sia-sia, dompatnya hilang. Dia memang ceroboh!

Somin mendorong kopernya. Lalu berhenti melihat supir taxi itu masih menunggunya. Tunggu! Menunggu? Untuk apa?

“Ige..” dia menyodorkan dompet berwarna biru laut itu.

Somin menerimanya dengan menarik alisnya. Orang korea? Wajahnya memang sedikit mirip dengan wajah korea, dengan sedikit sentuhan wajah tegas khas eropa.

“T-than.. maksudku kamsahamnida. Aku begitu panik kehilangan dompet ini” Somin menampakkan deretan gigi putihnya. Ia tahu pasti namja dihadapannya menganggap Somin ceroboh. Ya! Somin memang ceroboh disaat dia panik.

“Kau harus membayar 2x lipat dari ongkos taxi ku, Agassi”

“Eoh? Waeyo?”

“Karna kau, aku melanggar peraturan tempatku bekerja. Aku bukan pengantar taxi bandara internasional ini!”

“Geurae?” Somin menghembuskan nafas beratnya. “Geuraeyo.. kalu begitu ini uangnya. Lalu bagaimana dengan Handphone ku?” Somin menyodorkan beberapa uang dan teringat sesuatu. Handphonenya hilang juga.

“Handphone? Aku hanya menemukan dompet itu saja. Dan lagi jangan berprasangka buruk, aku bukan pencuri” Tegasnya. Lalu mengambil uang dan juga meninggalkan Somin.

Somin mengernyitkan matanya. Baiklah, Somin akui namja itu tampan. Dengan pesonanya. Tapi sifat nya yang tadi. Itu sangat dingin! Dia hanya menanyakan Handphonenya. Bukan berprasangka kepadanya.

Somin menuju Counter tempat tadi ia menukarkan “Akhirnya aku bisa membayar denda agar mendapar tumpangan berikutnya. Walaupun harus menunggu lima hari”

Somin tersenyum. Ia sudah mendapatkan tiketnya lagi. Hanya saja permasalahannya sekarang adalah uangnya hanya tinggal beberapa lembar lagi. Bagitu bodohnya dirinya. Seharusnya dia menuruti kata Appa nya untuk membawa uang lebih beserta credit card nya. Atau tidak pulang bersama teman-temannya dua hari yang lalu. Sekarang Somin hanya bisa menghembuskan nafas penyesalan.

Somin berjalan. Somin adalah anak orang kaya. Ya! Appa nya adalah direktur di perusahaan ternama di Seoul. Semua hidupnya akan terpenuhi tanpa kekurangan. Namun, kali ini dia tampak seperti orang miskin. Dia tak punya uang. Untuk tinggal dan makan selama lima hari? Bagaimana dia menghadapinya.

“Andai saja handphone ku ada. Akan dipastikan langsung ku telephone Appa! Agar mengirimkan uangku” jelasnya. Somin bukan anak yang manja. Dia dewasa. Dewasa dengan apa yang dimiliki keluarganya.

***

Hari mulai larut. Somin masih dengan muka tekuknya. Dia sangat malu. Beberapa orang menatapnya aneh. Uangnya sudah dipakai untuk membeli makan dan minum siang dan makan malam tadi. Malam ini pun Somin belum tahu akan tidur dimana.

Hotel? Tidak mungkin. Uangnya benar-benar terkuras.

“Apa aku harus mencari pekerjaan?” Guamamnya sambil menyesap coffe di kedai pinggir jalan. “Bagaimana mungkin? Aku tak bisa bahasa Venesia!” lanjutnya lagi geram. Somin frustasi memikirkannya.

Somin melengahkan pandangannya. Malam hari yang ramai di Venesia. Orang-orang bergantian hilir mudik melewatinya. Dia tak salah datang kesini. Sungguh tempat yang indah terlebih jika ia dengan sorang kekasih. Itu akan terdengar romantic.

“Ooo.. Neo!” pekik Somin kencang. Somin segera bangun dari duduknya mengejar seseorang yang ia kenali. Disela larinya sesekali Somin memanggil, Somin terus berlari meninggalkan kopernya.

Orang itu menoleh. Somin bersyukur dalam hati. Seperti olahraga malam, Somin menghembuskan nafasnya agar teratur.

“Neo!” hush.. hush.. Somin mencoba untuk tidak bicara terlebih dahulu.

“Kau lagi? Agasshi!” suara keluar begitu dinginnya. Somin berdecit kesal dengan katanya itu. Nasib buruk kenapa ia harus menghampirinya. Tapi taka da cara lain. Ia akan memohon kepadanya.

“Nde..” ucap Somin setelah mengatur nafasnya. “Bisakah aku menginap dirumahmu?” Somin bertanya sangat berhati-hati. Dai tidak ingin dianggap wanita yang mau tinggal dimana saja. Yeoja murahan.

“Mwo?” Alisnya naik. Namja ini mendengar apa yang dikatakan wanita dihadapannya ini. Dia tidak tuli. Hanya saja, Oh ayolah. Seorang wanita?. “Andwae.. aku tak ingin”

Bibir ranum Somin menekuk. Dia satu-satunya orang yang Somin kenal saat ini. Somin tak mungkin ke Hotel. Uangnya tidak akan cukup untuk waktu kurun dari 5 hari. “Hanya 5 malam saja. Setelah itu aku akan pulang ke Seoul. Aku sudah kehabisan uangku. Dan kau satu-satunya orang yang kukenal dan kupercaya saat ini”

“Kau mempercayai ku?” Somin mengangguk cepat. Entahlah. Somin pun sedikit ragu. Tapi, dari wajahnya tak menunjukkan dia adalah orang jahat. Dia begitu tampan. Somin tersenyum sendiri memikirkan itu.

“Jika aku menjualmu?” perkataannya diluar dugaan. Somin menjadi sedikit pucat. Tidak mungkin dia menjualnya bukan? Jika seseorang akan menjual dirinya. Dia tak mungkin diberi tahu!

“Kurasa tidak mungkin. Aku mohon. Hanya 5 malam saja” pinta Somin sambil meletakkan kesepuluh jarinya dibawah dagu. Berharap namja didepannya ini akan mengasihinya. Benar-benar Somin yang sengsara.

“Tidak ada untungnya untukku. Kau akan membuat bertambah bebanku” ujarnya sambil melangkahkan kakinya. Meninggalkan Somin. wajahnya begitu datar.

“Memang tidak ada untungnya. Geundae, kau akan menyelamatkan hidup satu Yeoja dari beberapa kemungkinan diluar sana” Somin membesarkan ucapannya. Agar namja itu mendengarnya.

“Kemungkinan?” ucapnya lirih. kata itu membuat langkahnya terhenti. Berfikir sejenak untuk mencari arti kata dari itu. “Menurutmu, dari kata ‘Kemungkinan’ itu. Apakah akan ada yang terwujud?” ia tolehkan sebagian tubuhnya menatap Somin kembali.

Somin menaikkan alisnya. Tampak berfikir sejenak. Tentu saja ada, bukan? Jika kata ‘Kemungkinan’ tidak menimbulkan dampak. Maka bukan kata itu yang dibutuhkan. Tetapi kata ‘Kesalahan’. Somin mengangguk. “Keurom.. otte? Kau mau kan?”

Namja ini berfikir. Lalu menatap Somin dari atas sampai ujung kaki. Membuat Somin risih dengan tatapannya. Dia namja baik kan?. Somin menggeleng. Dia namja Baik!! Mantapnya.

“Baiklah. Dimana kopermu?”

Somin tersenyum hingga menunjukkan gigi kelincinya. Akhirnya ia tidak jadi gelandangan di Negara orang. Namun, beberapa detik kemudian, dia teringat.  ‘Bodoh Somin!’ Umpatnya. Dia meninggalkan tas dan kopernya di kedai tadi. “Aku meninggalkannya. Tunggu sebentar disini. Okey!”

Somin berlari. Namja itu pun tersenyum manis menatap punggung yeoja ceroboh ini.

***

Somin memasuki kamar tamu yang ditunjuk oleh namja tadi. Somin bahkan belum tahu namanya? Oh hebat Somin. Baiklah besok ia bisa mulai berkenalan dengannya. Lalu ucapkan terima kasih. Itu sudah cukup bukan?

Somin mendekat kearah jendela kayu kanan kiri. Matanya disuguhkan dengan kanal air yang terbentang. Beberapa Gondola. Dan juga dikelilingi rumah Khas Venesia.

Sungguh nyaman. Meneduhkan matanya. Rasanya Somin benar-benar lelah saat ini. Somin menutup lagi jendelanya. Lalu bergerak kearah kasur. Badannya, kini sudah berada diatas tempat tidur saja. Menutup matanya perlahan.

Tanpa Somin sadari, seseorang masuk kedalam kamar itu. Menatap dengan senyuman kecil.

.

Pagi ini Somin terbangun. Tubuhnya kini tak tegang lagi. Matanya langsung menangkap jendela yang terbuka. Beberapa orang tengah berlalu lalang. Oh tuhan, jam berapa ini?

Somin setengah berlari ke ruang tengah. Tampak sepi. Tidak ada tanda-tanda orang berada dirumah ini, selain dirinya. Somin melirik dua kamar yang ia ketuk tetapi tak ada respon. Lalu kearah dapur, dan mendapatkan pesan disebuah kertas temple di kulkas.

‘Jika kau lapar, ada beberapa bahan makanan di kulkas. Jangan kau habiskan makanan itu sendiri. Arraseo! Aku akan pulang malam, buatkanlah makam malam untukku. ’

Cihh.. Somin mendecit. Membuka pintu kulkas itu. Isinya penuh. Mana mungkin Somin menghabiskannya. Dasar Namja aneh! Dia begitu perhitungan denganku!

Somin mengambil roti dan selai untuk sarapan. Jam 08:00 pagi, itu masih terlalu pagi. Ia akan mandi. Lalu berkeliling saja. Menikmati liburan tambahannya. Somin tertawa kecil. Ada untungnya juga tertinggal pesawat.

Dan siang itupun Somin berkeliling. Menyelusuri kanal dan menyebrangi jembatan kecil. Somin begitu menikmatinya. Andai saja Handphone nya ada, pasti dia sudah mengumpulkan beberapa koleksi fotonya disini.

Semua orang tersenyum pada Somin. Mereka begitu ramah. Somin sempat mencicipi makanan di kedai-kedai itu. Memakan kue khas Venesia. Dan juga hidangan penutup ala venesia.

Sial Somin! Seharusnya kau menahan rasa menikmati makanan itu. Menyimpan uangnya. Oh Sudahlah, toh Somin pun menikmati hidangan tadi. Kakinya berpijak lagi, melewati jalan-jalan yang sudah ia lalui. Dia harus segera kembali ke rumah orang itu. Orang itu?

***

Somin menatap foto yang menggantung di dinding ruang tengah. Wajah namja itu dan seorang yeoja dibelakangnya. Dengan gerakan tangan yang melingkar di leher namja itu, lalu mengecup pipi kanannya. Dan dibawah foto itu tertulis ‘Love and Happiness’

“Dia tidak begitu dingin” ucap Somin saat melihat foto itu. Senyumnya menampilkan kebahagian yang tulus. Tanpa kerasa dua sudut bibir Somin terangkat. Entah kenapa dia suka dengan senyuamn itu.

Tidak banyak foto didalam ruangan ini. Somin hanya mundar mandir saja sejak sore tadi. Membaca beberapa buku yang ada di rak buku ruang tengah. Menonton TV atau tidak memperhatikn gondola yang membawa setiap penumpang melewati gedung yang Somin pijaki saat ini.

“Seharusnya dia menunjukkan senyumnya foto ini. Agar…”

“Agar?” terdengar suara ditelinganya. Somin sontak membalik badan. Tepat didepannya namja berwajah korea-italia itu berdiri. Detik berikutnya pipi Somin terasa panas karna jarak dekat dengan namja ini.

Somin menelan salivanya dengan susah. Namja itu mengagetkannya. Dengan berdiri tepat dihadapannya “A-an.. aniyo” jawab Somin terbata . Pipinya kini memerah. Namja ini pasti menertawakannya didalam dirinya. Matanya terus menatap Somin yang gugup.

“Kau belum membuat makan malam?” masih menatap Somin. dia ingin sekali tertawa. Tubuh yeoja dihadapannya begitu tegang. Pipinya sudah merona.

“Ah itu.. itu.. maksudku..” Somin sedang mengatur dirinya. “Huh! Aku.. aku.. tak bisa memasak” Somin. kau terlihat seperti anak manja saat ini. Tak bisa berbuat apa-apa. Inilah alasannya pagi ini dia hanya memakan roti dan siangnya dia mencari makanan.

“Kau benar-benar menambah bebanku saat ini” ucapan pendek itu membuat Somin menatap tubuh yang sudah berjalan menjauhinya. Menuju kedapur, Dia memakai apron. Alisnya berkerut.

“Kau akan memasak?” Tanya Somin. tak ada sahutan. Sepertinya Somin harus benar-benar diam saat ini. Apakah dia tak tahu fungsi mulut yang sebenarnya, eoh? Dia benci diacuhkan.

Selesai makan Somin membersihkan piring-piring dan juga alat dapur lainnya. Sambil melirik kearah namja itu yang sedang duduk diruang tengah. Namun, kaki jenjangnya segera bangkit melangkah keluar rumah.

Dia akan pergi? Lagi? Dahinya berkerut. Selesai membersihan alat dapur. Somin keluar. Dan menatap seseorang sedang duduk. diatas gondola yang tidak terpakai. Dibawah gelapnya langit.

Somin mendekat. Mencoba menyentuh bahunya. “Hai..”

Dia hanya menoleh sebentar. Lalu menatap kanal air yang bersinar dibawah terang bulan. Wajahnya ada disana. Dan bertambah dengan tubuh yeoja yang sudah datang tiba-tiba kepadanya. Yeoja ceroboh.

Somin duduk disampingnya. “Kita bahkan belum berkenalan” dia menatap datar wajah namja itu. “Jung So Min Imnida” ucap Somin ramah. Namun hening yang Somin rasakan diantara mereka. Dia benci dengan keheningan. Tidak tahu apalagi yang bisa membuat namja ini berbicara. Apakah dia lupa cara berbicara?

“Kim Hyun Joong” tiba-tiba mulut itu mengucap.

“Ooo.. Hyun Joong-sshi. Kamsahamnida untuk kemarin, hari ini dan esok hari yang mungkin aku akan membuat bebanmu bertambah. Geundae, suatu saat nanti. Jika kita bertemu kembali. aku akan membalas semua yang kau berikan saat ini.” Ucapnya Somin tersenyum.

“Aku tak suka hal yang formal” namja bernama Hyun Joong ini menyuara. Mendengar namanya disebut dengan embel-embel –Sshi. Hei! Kenapa? Apakah dia mencoba untuk dekat dengan yeoja disampingnya ini? Dengan sebutan akrab?. Pikirannya berhenti sejenak. Selama ini dia terus menampilkan wajahnya yang dingin kepada orang-orang disekelilingnya.

“Geurae. Memang seharusnya seperti itu”  Hyun Joong mengedarkan tatapannya kelangit malam yang penuh dengan benda-benda kecil itu.

Somin mengikuti tatapan Hyun Joong yang menatap langit. Somin kesal. Kenapa namja ini begitu perhitungan dengannya. Apa itu yang dia inginkan. Namun, Somin menepis pemikiran itu. “Hyun Joong, kau suka bintang?” Somin mencoba tidak begitu formal. Namun lidahnya sedikit aneh.

“Aniyo” kepalanya terus menatap deretan bintang yang terang itu. “Aku hanya sedang menghitung” itu memang kebiasaannya. Kebiasaan anehnya. Atau memang Hyun Joong benar-benar sudah aneh?

“Menghitung?” Dahi Somin mengkerut. Ia melihat Hyun Joong. Dia hanya menatap langit itu. tidak menunjukkan dia sedang berhitung. “Kau sedang belajar berhitung? Atau sedang menghitung bintang?” Tanya Somin penasaran.

Hyun Joong mengangguk. yeoja disampingnya ini terus menatap Hyun Joong dari samping dengan wajah penasarannya. Dahi berkerut, mata menyipit, dan memainkan bibir nya yang penuh itu. Apakah Hyun Joong bisa tertawa saat ini? Wajahnya begitu lucu saat ini. Namun ia tahan rasa geli itu. Yeoja ini hamper saja membuat Hyun Joong membuka sikap yang dulu pergi.

“Kau berbicara ‘kemungkinan’ itu pasti ada, bukan?” tatapan Hyun Joong kini sudah teralih ke wajah Somin. “Aku menghitungnya. Menghitung kemungkinan yang akan datang, dengan bintang-bintang itu” tangannya terulur keatas. Menunjuk jutaan bintang itu.

“Eiyy.. Kau sudah gila, eoh?” Somin memukul bahu Hyun Joong pelan. Suara tawa terdengar dari bibir Somin. namja ini memang dingin, tapi apakah dia juga sudah gila. Somin hanya menggeleng. “Bagaimana bisa kau menghitung hal-hal yang mungkin belum tentu terjadi”

Mata Hyun Joong menajam kearah Somin. Somin tahu, namja ini pasti marah karna Somin tertawa. Somin segera menghentikan tawanya. “Geurae.. bagaimana kau menghitungnya?” Tanya Somin. ia tak ingin melihat tatapan itu lagi, Somin akan mengikuti arah pembicaraan namja ini.

Hyun Joong tak bergeming. Dia hanya terdiam. Tak ada yang ingin ia ucapkan saat ini. Keheningan dirasakan keduanya. Tanpa ada lagi yang mau membuka suara. Hembusan nafas itu keluar dari Hyun Joong. Mencoba untuk tenang.

“Saat ini bintang sedang menunjukkan dirinya beramai-ramai. Ada lebih dari ratusan bintang diatas sana” Hyun Joong berbicara dengan wajah datarnya. “Kau bicara akan membalas semua yang akan aku berikan. Artinya akan ada ‘satu berbanding ratusan’ keuntungan yang bisa kuterima dari dirimu. Mungkin saja berupa dollar?”

Aishh.. Somin tak habis fikir dengan namja yang ada didepannya ini. Apa hanya ada keuntungan dan dollar saja yang dia inginkan? Apakah namja ini matre? Dia begitu perhtungan dengan Somin! “Cih.. itu tak mungkin. Aku hanya menginap beberapa hari disini. Dan kau mengharapkan hal yang lebih?” berupa dollar maksud Somin.

Hyun Joong menoleh ke Somin. menyunggingkan bibir kanannya. “Itu artinya ada ratusan kemungkinan yang bisa aku dapatkan dari dirimu. Berupa keuntungan yang tak kuketahui”

***

Hari berikutnya. Sama seperti kemarin. Somin rasa dia kesepian. Tidak banyak yang bisa dia lakukan. Dia harus menyegarkan lagi tubuhnya dengan berjalan-jalan. Harusnya dia sudah mulai bekerja di Seoul. Tapi karna dia masih terjebak disini, apa daya yang bisa dia lakukan?

Tetapi mengingat kejadian semalam. Mukanya memerah. Somin pernah berfikir bahwa duduk menyelusuri kanal dengan gondola itu romantic.

Itu benar! Walaupun gondola itu tak bergerak. Hanya diam ditempatnya. Dengan dinginnya malam di venesia. Membuat namja dingin itu berbuat manis. Menggesekkan tangannya lalu menempelkan ke tangan Somin. menatap bintang diatas sana. Suatu kemungkinan yang tak terduga oleh namja dingin itu. Hyun Joong tersenyum. Tersenyum begitu manis untuk Somin. Jantungnya berdetak dengan kencang. Disaat sentuhan hangat itu. tak ada yang dibicarakan lagi kemarin malam. Namun, tak membuat hati Somin sepi dengan keheningan mereka.

Somin menggosokkan tangannya lagi. Mengapa ia begitu bahagia? Merasa hangat jika mengingatnya.

Disisi lain. Hyun Joong duduk didalam taxi nya. Menunggu penumpang. Bibir tipis itu tersenyum –lagi- Oh tuhan! Sekarang Hyun Joong bisa tersenyum? Berapa lama ia tak tersenyum? Apakah ini keuntungan dari yeoja itu?

Ting.. handphonenya berbunyi. Senyum itu kini berubah. Berubah menjadi sebuah kerutan. “Hello..”, “Benarkah? Kau tidak berbohong kan?”.  “I’ll go on.. Oh! Waiting for this moment. Thanks” pembicaraan itupun selesai.

Hyun Joong menghirup dalam-dalam udara disekitarnya. Menghembuskannya dengan rasa bahagia. Ia memegang jantungnya. Begitu bahagianya saat ini. Momen yang sangat ia nantikan. “Rossella Maria. I Miss You” Hyun joong segera mengarahkan taxi nya.

***

Somin menatap gusar kearah jam dinding. Pukul 23:00? Dan Hyun Joong belum pulang. Kemarin Hyun Joong pulang tepat pukul 8 malam. Apakah dirinya dirampok? Atau dibunuh? Oh Somin. kau harus berfikir rasional. Itu tidak mungkin terjadi.

Somin berdiri di balkon rumah. Menatap bintang-bintang. Ayolah, apakah saat ini Somin akan menjadi gila seperti Hyun Joong? Menghitung bintang-bintang itu? dia menggeleng cepat. Tapi jarinya sudah menunjuk beberapa bintang yang muncul di langit.

“20, 21, 22, 23.. Akh!! Bintang itu sudah ku hitung!” ucapnya frustasi. Ia mencoba lagi menghitung dari awal. “1, 2, 3,,,, 30..” Somin mengacak rambutnya. Ia benar-benar seperti orang bodoh saat ini. Hey! Sadarlah Somin. kau itu mahasiswi yang berprestasi. Dan kau melakukan itu? Bodoh!

“Kau melakukan apa?” tiba-tiba saja sebuah suara menyeruak ditelinga Somin. Hyun Joong! Somin segera membalikkan badannya. Ah-bata, Hyun Joong dihadapannya. Tepat dihadapannya. Rona itu kembali muncul dimuka mulusnya So Min.

“Kau kembali? Apakah terjadi sesuatu? Mengapa pulang telat? Kenapa Kau tak menghubungiku? Ah! Aku lupa Handphoneku hilang..” Somin memukul kepalanya. Ceroboh dan bodoh yang kini dia rasakan.

“Bodoh!” gumamnya pelan. Lalu berdiri disamping Somin. menatap pemandangan diluar. Bintang tampak sedikit hari ini. Seperti yang dirasakan Hyun Joong. “Bukankah aku bertanya apa yang sedang kau lakukan? Dan kau menanyakan balik, pertanyaan yang bukan urusanmu!”

Somin seketika merasa kecewa dengan jawaban Hyun Joong. Apakah dia tak tahu bahwa Somin mengkhawatirkannya? Tunggu! Untuk apa Somin mengkhawatirkannya? Dia kan sudah..

Hyun Joong menatap Somin yang terdiam. Memainkan cincin ditangannya. “Apakah itu cincin dari suamimu?”

Somin menggeleng cepat. Masih dengan memainkan cincin itu. “Jika aku memiliki suami. Tak mungkin aku sendirian ke negeri ini” benarkan? Itu jawaban yang tepat Somin.

“Dari tunanganmu?” pertanyaan itu terdengar lagi di telinga Somin. dia terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Dia pun bingung.

Itu benar. Hyun Joong diam. Entah mengapa ia kecewa. Untuk apa? Yang dibutuhkannya sekarang adalah Rossella! Ia tak ingin yang lain. Sudah cukup dengan ini semua. Dia mensyukurinya. Setelah Rossella kembali. Rumah ini kan penuh dengan tawa lagi.

“Aku menghitung bintang. Bertindak aneh sepertimu.” Somin tertawa pelan. Kemarin dialah yang berbicara bahwa Hyun Joong itu aneh. Dan sekarang dia mengikutinya.

“Apa yang kau hitungkan?” Hyun Joong hanya menatap lurus. Tanpa memandang Somin.

“Seseorang. Yang ku khawatirkan” Somin mengikuti arah tatapan Hyun Joong. Dia merasa aneh dan bingung terhadap dirinya sendiri. Seseorang itu adalah Hyun Joong. Bukan tunangannya di Seoul sana.

“Kau mengkhawatirkan tunanganmu? Dia akan baik-baik saja. Karna dia seorang namja” Hyun Joong menunduk, lalu mengangkat wajahnya lagi. “Geundae.. jika itu seorang yeoja. Pantas untuk kau khawatirkan”

Somin menoleh kearah Hyun Joong. Namja ini tak sedingin kemarin. Wajahnya sayu. Apakah ia sedang sedih?

“Rossella…” Gumam Hyun Joong. “Dari beberapa bintang itu. apakah aku bisa mendapatkannya kembali?” Hyun Joong tersenyum miris. Dia seperti namja yang lemah. “Aku hanya ingin dia. Bisakah aku mendapatkannya lagi kepelukanku?”

Deg.. Sakit. Hei! Kenapa seperti ini?. Somin. ada apa denganmu? Kenapa kau yang merasakan sakit. Sesak. Bisakah ia meminta pasokan udara lebih saat ini?. Air mata ini mengapa tiba-tiba saja menggenang dipelupuk mata Somin? ia butuh jawaban atas dirinya saat ini.

‘R-ros..rossella? nugu-rang?’ batinnya bertanya. Lidahnya kelu untuk bertanya.

“Somin, aku butuh dirimu. Besok. Pergi denganku” bantu aku. Berikan aku keuntungan atas dirimu. Besok.. lanjut Hyun Joong dalam hati. Ya! Dalam hatinya.

‘Ne. Tentu saja. Asal bukan Rossella itu, yang menjadi alasanmu mengajakku pergi’ Oh tuhan. Kenapa saat ini Somin enggan untuk berbicara. Lidahnya sulit untuk diajak berbohong. Kepalanya mengangguk. mencoba untuk tersenyum.

***

Pagi ini berbeda dari dua hari yang lalu. Somin yang selalu memakan roti tanpa ada yang menemaninya. Dan saat ini, didepannya ada Hyun Joong. Dengan apron yang menutupi bajunya.

‘Kita akan pergi kemana?’ pertanyaan itu terus memenuhi otak Somin sejak semalam. Namun, Somin enggan menanyakannya kepada Hyun Joong. Ia hanya tidak ingin Hyun Joong tahu bahwa Somin sangat mengharapkannya. Yang bisa Somin lakukan hanyalah menatapnya. Melihat punggung namja ini.

Aneh bukan? Somin seperti mengharapkan yang berlebihan. Lihatlah Somin, cincin yang di tanganmu itu. dan kau pun tahu, Hyun Joong memiliki Rossella. Yeoja yang mungkin cantik dan tak se-ceroboh dirinya.

Hyun Joong membawa makanan ke meja makan. Somin sudah menunggunya. Dan mereka pun makan bersama. Seperti sepasang suami-istri. Ah! Bahkan senyuman mereka, menyiratkan kebahagian pagi ini.

“Mokgo! Ini adalah makanan khas Venesia.” Hyun Joong membuka tangannya keseluruh makanan buatannya. “ini Zuppa Di Fagioli (sup kacang polong) dan ini Polenta (bubur jagung). Kau akan menyukainya”

“Gomawo. Aku merepotkanmu” Somin tersenyum sambil meniup Zuppa si fagioli. Hyun Joong hanya memberi senyumannya. Dan selanjutnya hanya ada suara denturan sendok dan garfu.

“Hari ini kita akan menjadi sepasang kekasih. Hanya hari ini saja” ujar Hyun Joong tiba-tiba disela sarapan hening ini. Somin membelakkan matanya. Apa ia sedang berkhayal? Atau telinganya mengalami kerusakan?

***

Setelah kejadian pagi tadi yang menghentakkan dadanya. Disinilah dirinya dan Hyun Joong berada. Di depan Caffetaria. Entahlah, Somin merasa aneh dengan hari ini. Semua terasa begitu tiba-tiba. Hyun Joong tak memberikan penjelasan apapun. Hanya hari ini saja katanya.

“Baiklah sebelum kita masuk, aku akan menjelaskan keadaannya” Hyun Joong kini menggenggam tangan Somin. saling bertatapan. “Kita akan ikut sebuah kompetisi..” Hyun Joong menghempaskan nafasnya.

“Kompetisi sepasang kekasih. Itulah alasanku. Kau jangan salah paham. Aku tahu. Sangat tahu. Bahwa kau memiliki seorang tunangan. Karna itu. hari ini saja. Aku butuh dirimu. Untuk mendapatkan uangnya” tanpa ragu Hyun Joong menjelaskan semuanya. Tanpa memikirkan perasaan wanita dihadapannya.

Somin tak tahu ekspresi apa yang harus dia tunjukkan. Senang? Sedih? Kecewa? Atau membuat dirinya biasa saja? Berikan jawaban untuknya. “Apa untuk Rossella?” bibir Somin bergetar mengatakan nama wanita itu.

Hyun Joong memperhatikan wajah Somin. tanpa ekspresi. Maafkan dirinya, yang hanya bisa memanfaatkan Somin. “Ne! hanya untuk—“

“Arraseo. Jangan katakan itu lagi. Aku mengerti keadaannya. Mari kita lakukan” Bodoh Somin. kau benar-benar bodoh saat ini. Tapi, baiklah dia akan mengikuti arah yang diberikan namja didepannya ini.

Somin melirik kesekelilingnya. Banyak sepasang kekasih bahagia. Somin pun bahagia, bukan? Tentu. Somin bahagia untuk hari ini saja! Ingat hari ini saja. Entahlah untuk esok.

Pembawa acara itu membuka kompetisi ini. Somin tak mengerti apa yang dikatakannya. Hyun Joong hanya berkata ‘Akan ada tiga kompetisi. Dengan upah yang setimpal bagi sepasang kekasih’ tapi mereka berdua bukan kekasih sungguhan!

Semua pasangan tampak bersiap-siap. Somin tak tahu, apakah kompetisinya sudah akan dimulai? Dia melihat Hyun Joong. Dan namja inipun tersenyum, senyum manis yang dia tunjukkan sejak pagi ini. “Kompetisi pertama itu… Kisseu.. selama 40 detik.”

Somin mengerjapkan matanya berkali-kali. Kiss? Ia bahkan belum pernah berciuman dengan tunangannya. Belum sempat sadar dari lamunannya. Hyun Joong sudah menarik Somin kearah panggung. Semua pasangan sudah berkumpul.

“Yak.. aku bahkan belum pernah melakukannya” bisik Somin. Hyun Joong menanggapinya dengan belaian dirambut Somin.

“Tenang saja. Chagiya” bisik Hyun Joong di telinga Somin. membuat seluruh tubuhnya merinding.

“Start!”

Hyun Joong menarik bibir kanannya. Meletakkan tangannya dipunggung leher Somin, lalu menariknya. Menyatukan kedua benda lembut itu. Hyun Joong tampak meraup bibir atas Somin. mengecupnya. Menikmati bibir manis Somin. oh tuhan! Manis? Mengapa ia merasakan hal yang tak seharusnya.

Somin tak membalaskan ciuman Hyun Joong. Tubuhnya menegang. Matanya menutup rapat. Ia yakin akan disebut yeoja polos saat ini. Memang seperti itu, bukan?.

“Buka mulutmu!” perintah Hyun Joong disela ciumannya. Mereka masih bertautan. Somin tak merespon. Tapi detik berikutnya Hyun Joong menggigit bibirnya. Membuat mulut Somin terbuka. Menikmati bibir Somin sepenuhnya.

Somin tak tahu apa yang dirasakannya saat ini. Dia menikmatinya? Bahkan decakan ciumannya terdengar ditelinganya sendiri. Mereka saling menyesap. Menikmati satu sama lain. Menyelusuri mulut yang bertautan itu.

“It’s wow! This good couple!” suara itu menyeruak ditelinga Hyun Joong. Seketika dia menghentikan ciumannya. Oh tuhan! Sepertinya semua pasangan sedang menatap mereka. Hyun Joong bisa bersikap biasa saja. Tapi Somin? dia benar-benar bersemu merah.

“Hei, Boy! You have 2 minute for kiss.” Ucap pembawa acara itu. dan artinya, Hyun Joong memenangkan kompetisi pertama ini.

Acara terus berlanjut. Dan tantangan kedua adalah acting, dengan tema “Cemburu”.

Somin. Hyun Joong. Kau bisa melakukan acting itu. Seperti yang kau lakukan saat ini,kan? Kalian harus tersenyum puas. Karna tidak ada yang mengetahui keadaan kalian.

“Okey guy! 2nd competition. Let’s play!”

Satu persatu pasangan naik keatas panggung. Menunjukkan acting keduanya. Ada yang melempar barang-barang yang sudah disediakan diatas panggung. Ada juga yang melakukan ancaman-ancaman membahayakan dirinya. Dan lagi langsung memutuskan hubungannya.

Hyun Joong duduk dipojok. Dengan tangan memegang buku dimeja kecilnya. Tentu, saat ini dia sedang menjalani aktingnya. Somin masuk begitu saja. Dengan tubuh yang bergetar, mata memerah. Great! Kau pandai berakting Somin!

“Kau mencintai! Kau mencintainya! Kau mencintainya” ulang Somin beberapa kali. Karna Hyun Joong masih terus memerankan namja santainya. “Kau membohongiku. K..ka..kau membohongiku. Menyakiti ku dengan diammu! Kau tahu itu?”

Hyun Joong menutup bukunya dengan santai. Menaruhnya dimeja itu. matanya yang tajam menatap mata yang sudah berair itu. tiba-tiba saja dia pun merasakan kesedihan. Tidak! Kau harus memerankan dengan baik.

“Aku tahu. Aku mencintainya. Dan aku diam. Aku tak ingin menyakiti orang yang telah bersamaku!”

“Ini lebih menyakitkan, Hyun! Kau membohongiku. kau terdiam, diam. Dan diam. kau kira semuanya akan baik-baik saja dengan sikapmu?. Kau bodoh!”

Kini mereka saling berhadapan. Menatap satu sama lain. Semua yang menonton pun merasa tegang. Apa yang akan terjadi selanjutnya. Hening dengan pemikiran masing-masing. Kedua pasangan didepannya ini, begitu menghayati perannya.

“Aku menyakitimu. Aku tahu itu. dan aku tahu, aku terus diam tak berbuat apapun dengan keadaan ini” Hyun Joong menghapus air mata yang jatuh dipipi Somin. “Diam.diam.diam. aku lakukan itu kepadamu. Tanpa kurasa dalam diamku, ada dirimu. Dirimu yang diam-diam aku lirik. Aku perhatikan. Ku senangi dengan tingkah lakumu. Aku benci dengan namja lain yang mendekatimu. Dan aku biarkan hatiku beralih kepadamu yang bahkan sebelumnya hati ini bukanlah milikmu. Tapi miliknya”

Somin menatap tak percaya. Hyun Joong mendekapnya. Memberikan pelukan hangatnya. Jantungnya berdetuk kencang. Tangan Hyun Joong mengelus rambut panjang Somin. “Aku mencintaimu. Setelah aku mencintainya. Bukan setelah aku mencintaimu. Jadi percayalah”

“Jahat! Kau jahat! Melakukan ini” Somin memukul dada bidang Hyun Joong.

“Kau tidak suka aku mencintaimu atau aku memelukmu?” mengangkat wajah Somin dari dada bidangnya. Somin menggeleng sambil berujar : “Aku suka semua yang kau lakukan. Seperti orang bodoh!” semua bertepruk tangan, menanggapi acting pasangan kekasih ini.

“Oke! Perfect!” semuanya pun berkumpul. Tidak ada yang tahu siapa yang menang dalam babak ini. Semuanya hanya berharap dan terus melanjutkan kompetisi terakhir, yaitu KEJUJURAN. Semua pasangan boleh memgatakan apapun tentang hubungannya. Dari sejak kencan/pacaran, perasaannya. Atau harapannya keduanya. Tanpa ada kebohongan.

TBC??