Cerpen

Hidupku

 

Malam akan tampak indah jika adanya bintang.

Bintang akan lebih cantik jika didampingi oleh bulan.

Bulan tak akan bersinar tanpa adanya pantulan sinar matahari.

Luar biasanya matahari yang bisa mengibaskan cahaya mengenai bulan.

Cahayanya yang hadir dipagi hari membuat hangat bumi ini.

Cahayanya yang dipantulkan menjadikannya bulan dapat bersinar.

Malam takkan ada tanpa hilangnya sinar matahari.

Pagi takkan ada tanpa adanya sinar matahari…

Prokkk !!! Prokkk !!!

Suara tepuk tangan semua orang memenuhi ruangan yang sangat besar ini. semua yang hadir ditempat itu menatap takjub ke seorang pianis sekaligus penyanyi ternama, Azizah Fiana. Permainan sekaligus suaranya yang merdu sudah tidak diragukan lagi, bahkan ia sudah banyak menorehkan berbagai macam perhargaan dalam Nasional maupun Inernasional.

Zizah melambaikan tangannya lalu menunduk hormat kepada semua orang yang telah menghadiri konsernya ini. ‘Ayah, Ibu. Aku benar-benar bahagia, terima kasih atas semua yang engkau ajarkan kepadaku’ batin zizah senang saat mengetahui ribuan fans-nya bersorak.

Lalu zizah pun berjalan meninggalkan panggungnya dibantu oleh tongkat-nya. Zizah adalah orang yang terkenal dengan kemampuannya bermain piano sekaligus suaranya yang merdu. Namun, ada kekurangan dalam fisik zizah.

Gelap !! semua begitu gelap hanya warna hitam lah satu-satunya warna yang bisa zizah lihat. Buta? ya benar saja, zizah tak bisa melihat sejak ia dilahirkan ke dunia ini. terlahir dari keluarga yang kecil, mengharuskan zizah menjadi pribadi yang kuat. Kuat akan hinaan dari teman-temannya saat ia sekolah dan juga kuat akan ekonomi orang tuanya yang mengharuskan zizah membantunya setiap dini hari membantu ayah dan ibunya di pasar.

Pahitnya hidup telah ia rasakan, dia diajarkan oleh orang tua-nya untuk selalu menerima segalanya dengan lapang dada. Orang tuanya lah yang kini menjadi motivasinya, ibu dan ayahnya yang telah mengajari akan kasih dan sayang yang telah ia berikan kepada zizah disaat orang-orang menghindarinya.

“Jadilah orang yang sukses, Zah. Suatu saat nanti zizah pasti akan melihat seperti ibu dan ayah, itu keinginan zizah kan?” itu adalah kata-kata yang dilontarkan oleh orang tuanya saat ia sedang belajar.

Zizah memang sangta ingin melihat dunia ini. setelah keluar dari kandungan ibunya pun zizah berharap dapat melihat sinar dunia ini, namun apa daya. Tuhan berkehendak lain. oleh karna itu, akan bertekad untuk menjadi apa yang ibu dan ayahnya inginkan. Sekaligus keinginanannya yaitu melihat.

Namun itu semua tak lagi zizah inginkan. Sukses ?? zizah sudah sangat sukses dengan prestasinya, lalu dengan melihat ?? zizah sudah tak menginginkan lagi. Karna ia beranggapan bahwa ‘untuk apa aku dapat melihat dunia ini, aku sudah dapat menggenggamnya tak lagi butuh melihatnya. Karna untuk apa bisa melihat dunia tetapi tak bisa aku genggam dengan tanganku.’

 

Zizah pun mulai menuruni tangga itu satu demi satu, saat ia sudah tepat menginjak lantai diruangin ini ia tersenyum sambil mengangkat kepalanya keatas “Ayah, Ibu. Apa kalian melihatku ? bagaimana dengan penampilanku tadi ?”

Orang tua zizah memang telah tiada saat zizah berumur 15 tahun, genggaman tangannya memang sudah tak bisa ia rasakan, pelukannya yang hangat yang selalu zizah rindukan disetiap ia akan terlelap. Tapi satu hal yang ia masih rasakan kini, cinta orang tua-nya yang tak pernah hilang dirasakan olehnya. Cintanya yang begitu suci, cintanya yang besar, dan cintanya yang tak akan pernah habis walaupun diterjang waktu. Karna cinta itulah zizah seperti ini, cinta orang tuanya yang takkan bisa lepas dari jantungnya ini. Zizah memegang dadanya yang terasa berdetak cepat.

“Zah.. kau mendapatkan penghargaan atas perananmu dalam dunia permusikan sekaligus tawaran tampil di Jepang, banyak fans-mu disana menunggu kedatangannmu. Ini sangat bagus, bukan?” ujar syifa, manager zizah. Dia-lah yang pertama kali menemukan bakat pada diri zizah, hingga zizah bisa mengembangkan bakatnya seperti saat ini.

“Benarkah, kak ?? aku sangat senang mendengar berita ini. Tuhan begitu baik, hingga ia selalu mendatangkan banyak keberkahan untukku seperti ini.” tatapan zizah lurus kedepan, dia mengeluarkan dua buah lesung pipinya yang keluar bersamaan dengan senyuman diwajahnya membuat zizah sangat cantik untuk dipandang seperti ini.

“Iya, tuhan memang sangat baik. Dan satu hal lagi, kau sudah berusaha sangat keras hingga saat ini dengan banyak tantangan kau tetap kuat, Zah. Itulah mengapa tuhan begitu baik denganmu, juga kemampuanmu yang luar biasa itu, membuatmu semakin banyak dipandang orang. Aku sangat mengagumi mu, Zah.” syifa menepuk bahu zizah dengan bangga, tak bisa diungkiri bahwa syifa pun mengagumi zizah.

“Kakak terlalu berlebihan. Kemampuanku sama seperti orang lain, tetapi keinginanku untuk tampil dengan baik itu adalah yang terpenting. Aku ingin tunjukkan bahwa tak akan ada yang bisa menghalangi keinginan seseorang walaupun itu dalam dirinya sendiri.” Lagi-lagi syifa menepuk bahu zizah, semua perkataan zizah membuatnya semakin kagum dengan dirinya.

“Kau memang luar biasa. Baiklah mari kita ganti pakaianmu terlebih dahulu lalu kita rayakan suksesnya dirimu” syifa pun menuntun zizah menuju ke ruang ganti.